Memfasilitasi Perencanaan dan Manajemen Perkotaan di
Tingkat Daerah Melalui Pengembangan SDI
(Studi Kasus Lahore - Pakistan)
(Studi Kasus Lahore - Pakistan)
(Kelompok 12)
a. SDI DAN PENATAAN RUANG
- Pada dasarnya dalam tatana SDI, proses perencanaan tata ruang lebih
bersifat sebagai pengguna (user) data spasial dimana data spatal
diperlukan dalam proses penataan ruang
- Selain peta dasar, dalam perencanaan tata ruang juga memerlukan
data spatial yang terkait dengan kondisi fisik wilayah, seperti kerentanan
terhadap bencana, keanekaragaman hayati, oseanografi, iklim dan geofisika,
serta data fisik wilayah lainnya
- Pembangunan data spatial pada umumnya memerlukan pembiayaan yang
reltif besar baik dalam proses pengadaan data mentah, pengolahan dan
analisa data maupun penyajian dalam wujud peta. Umunya diperlukan oleh
lebih dari stau instansi, akan lebih bermakna bola dapat saling diperlukan
(dapat di akses oleh instansi terkjait)
- Pertukaran data antar instansi terkait, bila dapat terwujud akan
memberikan efisiensi pemanfaatan dana yang sangat signifikan, sekurangnya
biaya proses pengolahan / analisa data dapat dihemat
b. STUDI KASUS: LAHORE – PAKISTAN
Kota Lahore
adalah kota terbesar ke-2 dari Pakistan setelah Karachi dengan penduduk
perkotaan dari 5,1 juta (Sensus Penduduk Organisasi, 2004) menempati area urban
dari 343 KM persegi (NESPAK, 2004).
Menyadari
pentingnya informasi spasial, Pemerintah
Pakistan (2001) mewajibkan setiap dewan lokal untuk mempersiapkan
GIS sistem informasi berbasis lahan
dalam waktu tiga tahun. Namun sejauh ini, pemerintah daerah dengan keterampilan dan sumber daya yang
terbatas tidak membuat kemajuan luar biasa
terutama tidak adanya pedoman atau model.
c. ISU-ISU TERTENTU DALAM
KASUS LAHORE SEBAGAI BERIKUT:
1.
Sekelompok besar orang
tidak mengetahui ketersediaan informasi spasial.
2.
Tidak adanya metadata
mempengaruhi penemuan dan informasi pemahaman isi
3.
Integrasi informasi dari
tingkat yang berbeda dengan berbagai skala, standar dan isi yang bermasalah
mengurangi utilitas informasi.
4.
Tidak adanya informasi
spasial yang tepat dan pengetahuan yang menyebabkan duplikasi dan pemborosan
sumber daya dan waktu yang mengarah ke kurang informasi pengambilan keputusan.
5.
Pengumpulan informasi yang
sama penundaan proyek dan dalam banyak kasus cepat perubahan dalam realitas
tanah mengurangi efektivitas rencana dan sulit untuk melaksanakan.
6.
Informasi tertentu tidak
dapat ditagih di kemudian hari seperti cuaca dan keputusan pembuat harus
bergantung pada pertimbangan dan estimasi.
7.
Tidak ada pedoman yang
tepat atau model yang tersedia kepada pihak berwenang lokal untuk berbagi
informasi.
d. Kesimpulan
& Rekomendasi
KESIMPULAN :
•
Sebagai perencana kota sangat bergantung pada
beragam jenis informasi dari berbagai departemen di berbagai tingkat
pemerintah. Oleh karena itu, menjadi bermasalah
mengelola, berbagi, mengintegrasikan dan efektif memanfaatkan tersedia
menginformasikan.
•
Perancangan SDI lokal pada konsep modern
mendistribusikan komputasi seperti SOA dan pelaksanaannya tidak hanya akan
meningkatkan berbagi informasi dan
aplikasi, tetapi juga akan membantu perencana perkotaan dan pengambil keputusan untuk menghabiskan lebih
banyak waktu dan sumber daya pada pembuatan kebijakan peningkatan.
REKOMENDASI
•
Ketersediaan informasi
dalam format yang sesuai seperti tiga dan empat dimensi tidak hanya akan
meningkatkan partisipasi publik dan transparansi, tetapi juga akan meningkatkan
peluang bisnis. Ini akan menghemat waktu berharga dan sumber daya perencana dan
memfasilitasi mereka dalam perencanaan dan manajemenyang lebih baik. Oleh
karena itu, disarankan agar perencana di negara-negara berkembang harus
mendapatkan keuntungan dari penelitian di negara maju negara dan memulai upaya untuk merancang dan
mengimplementasikan SDI untuk keputusan.
No comments:
Post a Comment