Peta berfungsi
untuk menunjukan posisi atau lokasi relatif suatu tempat . maka pembuatan
kontruksi peta,semua titik – titik di muka bumi harus diposisikan sesuai dengan
kerangka geometrik yang diukur dilapangan.untuk lebih jelas lihat gambar
dibawah
kerangka geometrik |
Kontruksi Peta
Aspek Geometrik
pada pembuatan peta digunakan untuk penghitungan sistem proyeksi yang akan
digunakan. aspek geometrik dibagi menjadi 2 bagian yaitu dari segi Teoritis
dengan aspek praktisnya yang memiliki fungsi yang berbeda.
Segi Teoritis : transformasi
matematis dari koordinat geografi pada permukaan bumi ke koordinat proyeksi
bidang datar
Aspek praktisnya
: pembuatan kontruksi/ jaringan kerangka geometrik peta
SISTEM KOORDINAT
Sistem koordinat0r merupakan dasar
utama dalam pembuatan peta . sistem koordinat ini untuk menghubungkan antara
satu titik dengan titik lainnya, yang ditentikan oleh perpotongan dua buah
garis lengkung bumi, yaitu garis meridian (
latitude) dengan simbol φ yang biasa kita kenal dengan garis lintang adalah panjang
busur yang diukur pada suatu meridian
dihitung dari equtor sampai ke pararel yang melalui titik tersebut. dan garis
pararel (longitude) dengan simbol λ yang biasa disebut bujur adalah
panjang busur yang diukur pada suatu garis pararel antara meridian titik
pengamatan dengan meridian titik nol (meridian
greenwich).untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar dibawah ini
Koordinat Proyeksi
Kordinat proyeksi dinyatakan
dengan absis (x) sumbu ini berada dalam
bidang meridian Greenwich dan terletak dibidang ekuator bumi. dan ordinat (Y)
merupakan garis proyeksi dari salah satu meridian .
Proyeksi peta merupakan bagian
dari unsusr untuk menggambarkan permukaan bumi pada bidang datar harus
diambil cara – cara tertentu dan dilakukan transformasi dengan menggunakan
rumus matematis yang biasa disebut Proyeksi Peta. Proyeksi peta digunakan untuk
mengkonversi posisi 3 dimensi suatu titik di permukaan ke representasi posissi
2 dimensi di bedang peta.untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar dibawah
ini :
pemilhan suatu sistem proyeksi peta adalah berdasarkan pada posisi daerah,
bentuk dan juga ukuran daerah yang akan dipetakan serta kegunaan pada peta yang
bersangkutan . idealnya dengan pola distorsi dari jenis proyeksi yang dipilih
Masalah utama pada hitungan proyeksi
peta yaitu bagaimana menyajikan data hasil pengukuran pada bidang lengkung
menjadi data hitungan pada bidang datar.suatu bidang lengkung tidak dapat
dibentakngkan pada bidang datar jika tidak mengalami perubahan bentuk
(distorsi). Suatu peta dapat menggambarkan permukaan bumi yang ideal harus
memenuhi kriteria dibawah ini :




Ditinjau dari proyeksi yang digunakan terdapat tiga sistem proyeksi peta
yaitu :



Ditinjau dari distorsiyang
diakibatkan yaitu :
1. Proyeksi
Konform : sudut permukaan bumi = sudut pada bidang proyeksi. proyeksi ini baik
untuk memperlihatkan arah
2. Proyeksi
Equivalent: luas di atas peta = luas diatas muka bumi pada skala yang sama
3. Proyeksi
Equidistant : jarak peta = jarak di muka bumi pada skala yang sama
Ditinjau dari Orientasi / kedudukan
garis karakteristik yaitu :
Sistem Grid Universal Transverse Mercator (UTM)
Sistem grid dan proyeksi yang digunakan adalah baik untuk pekerjaan
pemetaan topografi, referensi untuk citra satelit dan aplikasi lainnya yang
memerlukan ketelitian untuk penentuan posisi. Ciri – ciri sistem grid UTM
adalah :








SISTEM PROYEKSI PETA TM DI INDONESIA
Ada 2 instansi yang menggunakan
sistem proyeksi Transverse Mercator untuk pemetaan dasar nasionalnya dengan
sistem grid UTM, yaitu :
Salah satunya BAKOSURTANAL peta dasar
yang diterbitkan oleh bakosurtanal teridir dari 4 skala peta yaitu 1 : 25.000,
1 :50.000, 1:100.000 dan 1 :250.000.dengan UTM lebar zona 6o. Sumbu pertamaadalah
meridian tengah dari tiap zona sumbu keduanya adalah ekuator. Absis semu
sebesar 500.00 meter meridian tengah,ordinat semu sebesar 0.00 meter di ekuator
dan 10.000.000 meter ekuator untuk
selatan. Angka perbesarannya pada meridian sebesar 0.9996 . model
matematik pada bidang referensi adalah Spheroid Nasional dengan parameter jari –
jari ekuator (a) = 6.387.160 meter. Dan pengepengan (f)=1 :298.247
PETA DASAR NASIONAL
Peta dasar nasional dibatasi dengan
garis tepi peta dalam bentuk gratikul dan dicantumkan garis grid dalam bentuk ‘tick’
yang terletak di sebelah bawah dan kanan muka peta Pada muka peta dibuat garis –
garis gratikul yang panjang ukurannya tergantung pada skala peta yang disajikan
yaitu :
7’30” X 7’30” : untuk skala peta 1:25.000
15’ X 15’ : untuk skala 1:50.000
30’ X 30’ : untuk skala 1:100.000
1o30’ X 1o : untuk skala 1 :250.000
Posisi geografis indonesia dari 95 –
141 derajat BT, 6 derajat LU – 11 derajat LS, dan 8 zone UTM (zone 47-54)
Sebagai contoh , peta dengan skala 1:25.000 dengan ukuran
lembar peta 10 30’ X 10 mempunyai nomor lembar 1408, maka :



untuk
lebih jelasnya dapat dilihat gambar dibawah ini
Kontruksi Peta disajikan dalam garis – garis kerangka
dalam bentuk grid dan gratikul.
Grid : garis – garis pada muka peta yang tegak lurus dan
perpotongannya merupakan koordinat sitem referensi. Digunakan untuk suatu
pemetaan sistematis misalnya peta dasar nasional digunakan sistem grid yang
sifatnyauniversal
Gratikul : garis – garis pada muka peta yang tergambar
tidak saling tegak lurus atau melengkung. Penyajian garis gratikul ini
digunakan pada peta yang bersakala kecil
SKALA PETA adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya di lapangan. Istilah dalam penyebutan suatu skala peta yaitu :



Ada
beberapa cara penyajian skala peta pada sebuah peta yakni :



Garis Tepi Peta adalah garis yang membatasi semua detail
yang ada dipeta . penyajian garis grid atau gratikul sebagai garis tepi peta
tergantung pada sistem koordinat geografis yang akan digunakan.
Jika
peta skala besar maka garis tepi yang digunakan adalah garis grid. Sedangkan untuk
peta skala sedang dan kecil maka mnggunakan jenis garis tepi gratikul.
Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
No comments:
Post a Comment