Tuesday, March 25, 2014

SIG DALAM URBAN PLANNING


TUGAS 3
RANGKUMAN JURNAL
“ APLIKASI GIS DALAM URBAN & REGIONAL PLANNING”

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Perencanaan
Semester VI Tahun Akademik 2014 / 2015

Disusun Oleh :

R. Nugraha Suryaningrat. S           10070311043
Hadiyanto Syabani                           10070311048
Tiara Setiarini                                   10070311051






PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2014 M/1435 H





Aplikasi Penginderaan Jarak Jauh, GIS dan GPS Untuk Rencana
Pengelolaan Perkotaan Yang Efisien
“ Studi Kasus - Kota Hyderabad “


Gambar Tabel 1
Derajat Urbanisasi Di Dunia, Wilayah, Benua Dan Negara Tertentu - Tahun 2000
Sumber : Dunia Urbanisasi Prospek - Tahun 1999 Revisi - Pbb Catatan: Untuk India Data Yang Berkaitan Dengan Sensus Tahun 2001


Gambar 2 Proses Peningkatan Urbanisasi Di India


Trend & Derajat Tingkat Urbanisasi Di India
Rasio perbandingan perkotaan dan pedesaan di tahun 2001 di India adalah 38, yang berarti 
bahwa setiap 100 daerah pedesaan, berbanding dengan 38 daerah perkotaan di India, tahun 2001.
 Semua indeks ini mengindikasikan bahwa India sedang dalam proses peningkatan 
urbanisasi dan berada pada tahap akselerasi urbanisasi, seperti yang dijelaskan 
dalam Gambar 3 berikut ini.


Gambar 3
Derajat Urbanisasi Di India.


Indikator Dasar Dan Pola Urbanisasi Di India
Indikator dasarnya adalah sebagai berikut :
    a.        Terjadi peningkatan arus urbanisasi yang timpang karena menginduksi pertumbuhan dari kota berstatus kelas 1.
    b.        Urbanisasi terjadi tanpa ada dasar kegiatan industrialisasi dan basis ekonomi yang kuat.
    c.        Urbanisasi adalah suatu fenomena yang disebabkan oleh ledakan kepadatan penduduk dan kemiskinan yang melanda di daerah transisi pedesaan – urban.
    d.        Peningkatan urbanisasi terjadi bukan karena gaya tarik perkotaan tetapi karena daya dorong pedesaan.
    e.        Buruknya mutu transisi migrasi desa-kota berdampak terhadap membawa buruknya kualitas arus urbanisasi [Bhagat, 1992].
Kota besar yang menjadi target urbanisasi, nantinya akan mengalami ledakan populasi manusia dan mengakibatkan terjadinya degradasi terhadap tingkat pelayanan dan kualitas hidup. Kota Besar secara struktural akan melemah dan fungsi entitas formal tidak akan berjalan sebagaimana mestinya karena basis ekonomi yang tidak kuat.

Masalah Urbanisasi
 Masalahurbanisasi adalah manifestasi berkelanjutan dari ketimpangan yang terjadi akibat aktivitas urbanisasi, permasalahannya yang terjadi akibat urbanisasi adalah sebagai berikut :
  I.        Beberapa masalah mayoritas yang terjadi adalah sebagai berikut :
         a)    Perumahan
         b)    Transportasi
         c)    Pasokan Air dan Sanitasi Lingkungan
         d)    Polusi air dan polusi udara.
     II.        Kota Besar bertumbuh berlandaskan kecenderungan masyarakat perkotaan yang berorientasi ekonomi [Nayak, 1962] bukan berlandaskan kesejahteraan dan budaya kearifan lokal. Dampaknya adalah kota tersebut menjadi zona terjadinya urbanisasi tetapi tanpa kareakteristik fungsional perkotaan yang khas di kota tersebut.
      III.        Urbanisasi menyebabkan terjadinya ketidaksetaraan / ketimpangan sosial dan ekonomi [Kundu dan Gupta, 1996], yang berujung pada konflik sosial, kejahatan dan anti-kegiatan sosial.
                        IV.        Urbanisasi yang tidak merata dan tidak terkontrol menyebabkan kerusakan lingkungan dan degradasi dalam kualitas kehidupan perkotaan, seperti polusi di suara, udara, dan air, yang diciptakan oleh pembuangan limbah berbahaya.

PERANGKAT DAN METODE
Aplikasi Metode Penginderaan Jarak Jauh, GIS & GPS
Metode yang diusulkan adalah solusi terpadu mengenai geo-spasial teknologi antara lain Penginderaan Jauh (RS), Sistem Informasi Geografis (GIS) dan Global Positioning System (GPS) yang dapat memberikan kontribusi substansi yang lebih praktis / mudah dimengerti dan lebih menarik untuk dipresentasikan ke dalam beberapa operasi interaktif yang akan menjadi aset dalam penilaian, pemahaman, perangkat pemetaan dan fasilitas layanan menggunakan GPS dalam memecahkan masalah lingkungan perkotaan yang kompleks. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan sebuah peta detail berskala besar dan membuat peta yang sudah dikomputerisasi pengguna ke dalam model interaktif yang konseptual untuk konsep kegiatan perkotaan berdasarkan peta tematik GIS terpadu yang menggunakan teknik penginderaan jarak jauh dalam platform GIS.
Dengan memanfaatkan data penginderaan jarak jauh dan melaksanakan teknik pemetaan GIS, perubahan secara keruangan dalam kurun waktu tertentu dari daerah perkotaan dapat dipantau dan dipetakan secara spesifik untuk keperluan pembangunan selanjutnya. Satelit Penginderaan Jauh, dengan jangkauan yang luas dengan kemampuan multi daya spektral (SPM) adalah sebuah alat yang mampu untuk memetakan dan memantau perubahan yang berkembang di inti perkotaan serta di daerah hinterland dari setiap daerah perkotaan. Pola spatial perkotaan duduk di semua arah yang berlainan dapat dipetakan secara sistematis, dipantau dan dinilai secara akurat dari penginderaan jarak jauh yang diserasikan dengan data survey lapangan konvensional [Lata et-al. , 2001]. Oleh karena itu, pemaparan setiap komponennya adalah sebagai berikut :

Sensor penginderaan Jarak Jauh (Remote Sensing)
Sensor penginderaan Jarak Jauh telah diakui di seluruh dunia sebagai sebuah teknologi yang efektif untuk memonitor dan memetakan pertumbuhan dan perubahan lingkungan yang terjadi di perkotaan. Keuntungan utama dari satelit penginderaan jauh adalah pemantauan berulang dan jangkauan sinoptiknya yang sangat berguna untuk studi area perkotaan. Keuntungan ini membantu dalam pembuatan informasi dasar terhadap penggunaan lahan, distribusi tutupan lahan, deteksi perubahan fisik perkotaan, monitoring pertumbuhan dan penilaian dampak lingkungan perkotaan.
Citra satelit memungkinkan kita untuk lebih memahami beberapa komponen intrinsik ekosistem perkotaan dan interaksi di dalam seluruh lingkungan perkotaan. Teknologi Penginderaan Jauh dapat menghasilkan penginderaan yang lebih baik jika dikombinasikan dengan GIS [Longley, 1999].
Sistem Informasi Geografis (GIS)
GIS pada dasarnya adalah sebuah sistem informasi yang mengkaji seputar data spasial. GIS adalah Sistem Informasi berbasis komputer berguna sebagai tempat penyimpanan, editing, menampilkan, dan merancang data geografis yang dapat dibuat menjadi referensi (Geoferencing). Sistem Informasi Geografis menyediakan fungsi input, registrasi / transformasi koordinat peta, manajemen, query, analisis, modeling, komposit peta serta produksi kartografi & peta.
GIS tidak menyimpan sataun peta atau gambar, tetapi GIS menyimpan sebuah database. Database adalah konsep utama GIS yang berfungsi sebagai pusat operasi GIS. Hal ini merupakan perbedaan antara GIS dan sistem pemetaan komputer, yang hanya dapat menghasilkan output grafis yang baik. Sementara GIS menggabungkan sistem manajemen basis data (vektor dan raster).
Keuntungan dari Sistem Informasi Geografis adalah dalam penanganan data. Kerangka kerja terpadu penginderaan jarak teknik dan kerangka kerja GIS sangat mengurangi waktu, tenaga dan biaya dalam menggunakan data geografis.


Global Positioning System (GPS)
Ledakan di ketertarikan terhadap GIS sebagai manajemen tool telah disertai dengan pengembangan berbagai perangkat teknologi pelengkap, salah satu yang paling penting adalah GPS (Global Positioning System) [ Lange, A. F dan Gilbert, C, 1999].
Keunggulan GPS adalah sebagai berikut :
1.    GPS dapat digunakan untuk mengenali atau menentukan koordinat  dikaitkan geografis dan diserasikan dengan citra satelit. GPS digunakan untuk mengurangi distorsi dan untuk meningkatkan akurasi posisi citra.
2.    GPS dapat digunakan di untuk plotting di dalam citra satelit dalam worksheet GIS.

Implementasi GIS : Studi Kasus Kota Hyderabad
Hyderabad, ibukota Negara Bagian Andhra Pradesh berlokasi  di jantung Dataran Tinggi Deccan dan terletak sekitar 17 °- 21 N latitude dan 78 °- 30 E longitude. Kota Hyderabad dibatasi oleh distrik Rangareddy dan Medak. Pertumbuhan ruang perkotaan Hyderabad terjadi dengan cepat menuju Timur dan Barat laut, bahkan telah menyebar hingga batas kota. Sungai Musi membagi Hyderabad lama dan Hyderabad baru.




Gambar 4
Pertumbuhan Hyderabad Di Sepanjang Tahun 1901 - 2001



Gambar Tabel 5
Pertumbuhan Penduduk di Hyderabad

Kepadatan
Distrik Hyderabad, dengan kepadatan seluas sekitar 16.988 orang per km2. Berdasarkan data sensus India tahun 2001 adalah distrik dengan kepadatan tertinggi di Andhra Pradesh, yang hampir sepenuhnya perkotaan. Kepadatan rata untuk negara India (termasuk wilayah pedesaan) jauh lebih rendah dari Distrik Hyderabad, yaitu 275 orang per km2 pada tahun 2001.
Metode Akuisisi Data
Tergantung pada ketersediaan peta untuk bidang studi, fitur untuk Dasar Peta dan ketersediaan sumber lain dari data seperti produk ini diperoleh dan diekstraksi melalui berbagai sumber, yang dijelaskan sebagai berikut.


Gambar Tabel 6
Akuisisi Data

Tipe Data GIS
Pada dasarnya semua data GIS yang dapat digunakan dalam riset  diklasifikasikan sebagai berikut :
1.    Ciri Topografi data
2.    Data tematik
3.    Data Agunan
Ciri-ciri data topografi dan tematik digolongkan sebagai data spasial dan data agunan sebagai data atribut. Rincian jenis produk data akan dibahas di bawah ini.
Generasi Perubahan Topografis Peta
Data Geografis mentah tersedia dalam berbagai bentuk, baik digital maupun analog seperti toposheets, foto udara dan citra satelit. Dalam penelitian ini, basis layer yang dibuat berdasarkan toposheet adalah sebagai berikut :
      I.        Dasar peta
    II.        Drainase peta
   III.        Jaringan Transportasi peta
  IV.        Peta Daerah Aliran Sungai (DAS)
    V.        Lereng peta

Peta bermedia kertas ukuran besar ini dikonversi menjadi mode digital menggunakan proses scanning dan proses pendigitalisasian otomatis. Peta ini disediakan untuk skala tertentu dan berfungsi menunjukkan sifat-sifat entitas di dalamnya dengan penggunaan berbagai simbol atau warna. Seluruh proses ini disebut geo-referencing. Prosedur yang sama juga diterapkan pada data penginderaan jauh sebelum digunakan untuk membuat peta tematik dari data satelit.
Metodologi Alur Kerja
Salah satu elemen dasar yang paling penting dari GIS adalah data. Dalam mengumpulkan data terdapat berbagai metode yang dapat digunakan, GPS atau pengukuran klasik, Foto Udara, Citra satelit dan Digitasi Peta dan pembuatan dokumen data yang menjadi metode / prinsip dasar. Dalam GIS, data telah diperoleh dari berbagai sumber daya dengan menggunakan perangkat lunak, perangkat keras dan teknologi.
Salah satu bagian utama dari GIS adalah kemampuan untuk overlay berbagai layer data secara spasial yang telah direferensikan (update geo-referencing), yang memungkinkan pengguna untuk menentukan secara grafis dan secara analisis bagaimana struktur dan benda yang terdapat di dalam data spasial tersebut, misalnya seperti jalan, distribusi air dan masyarakat dengan Zoning System) saling berinteraksi.
Metode Survei
Survei fisik yang komprehensif terhadap wilayah perencanaan dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan survei total stasiun. Beberapa detail harus disurvei mulai dari semua fitur yang dibangun, jalan, elemen alam, dsb.
Peta Dasar
Peta Dasar telah disediakan dari SOI toposheet nomor 56 K/7 NE pada skala 1:25,000 yang telah di-overlay pada pencitraan satelit, data IKONOS. Untuk mendapatkan titik pengendalian yang tepat, perlu dilakukan penyocokan terhadap fitur tertentu seperti jaringan jalan, air, saluran pembuangan, dll dimana ground point tersebut lokasinya tepat dengan toposheet penggambaran satelit. Hal ini adalah langkah dalam menyiapkan peta dasar. Peta dasar menunjukkan fitur yang dikategorikan menjadi padat, sedang, jarang dan sebagainya. fitur lain seperti saluran air utama, jaringan jalan utama, drainase, pola dan sebagainya`


Gambar 7
Subsetting Dari Bidang Studi



Gambar 8
Deliniasi Bidang Studi

Gambar 9
Peta Dasar Area Studi

Peta Drainase
Jaringan Drainase bersumber dari SOI toposheet nomor 56 k/7 NE yang telah dipersiapkan dalam peta dasar. Jaringan air utama di kawasan ini adalah Durgam cheruvu, Hakimpet cheruvu Yousufguda cheruvu, Sheikpet cheruvu dan sebagainya. arah lereng juga dapat diketahui melalui peta jaringan drainase, yang berguna dalam memahami topografi, geomorfologi, tanah, jenis erodibilitas, dll.



                                                                         Gambar 10
Peta Drainase Area Studi

Peta Jaringan Jalan
Jaringan Jalan bersumber dari SOI toposheet nomor 56 k/7 NE. Peta ini menginformasikan bahwa jalan utama melewati kawasan ini, yang mencakup NH-9 ke Mumbai, yang melintas dari Khairatabad menuju Sanath Nagar di kawasan ini. Dan berbagai jalan lain menghubungkan pemukiman, landforms dan sebagainya yang sangat membantu dalam melakukan analisis sampling.


Gambar 11
Jaringan Jalan Peta Area studi

Pendekatan Master Plan Untuk Pembangunan Perkotaan Dan Atributnya
Perencanaan Perkotaan pada dasarnya menghasilkan sumber daya yang keberlanjutan, mengembangkan sumber daya serta memenej dan melatih sumber daya yang berkualitas di masa yang akan datang. Efisiensi pengembangan tergantung pada sebagaimana  baiknya kota tersebut direncanakan, sebagaimana kota tersebut dikembangkan secara ekonomi.
Perencanaan menjadi elemen pengatur dan pengelola tingkat efisiensi pengembangan sumber daya manusia. Perencanaan dan pengembangan Perkotaan merujuk kepada suatu proses yang mengutamakan potensi ekonomi secara spasial di suatu wilayah untuk kepentingan rakyat. Elemen produk perencanaan perkotaan mencakup :
1.    Rencana Perspektif
2.    Rencana Pembangunan
3.    Rencana Tahunan
4.    Skema dan proyek
5.    Pendekatan Partisipatif untuk penyediaan tanah dan pembangunan infrastruktur.

Kesimpulan
Telah ditunjukkan di dalam karya ini bahwa untuk mencapai kondisi kehidupan yang sehat dan nyaman di daerah perkotaan perlu dilakukan berbagai upaya inovatif dan efisien yang termasuk ke dalam Rencana Pengelolaan Perkotaan (UMP) dengan menggunakan aplikasi penginderaan jarak jauh, GIS dan GPS dan ke dalam sebuah Sistem Informasi Terpadu, yang telah memainkan peran penting tidak hanya dalam memerangi pertumbuhan perkotaan yang tidak terkendali, namun digunakan untuk mengurangi banyaknya dampak negatif yang terjadi pula dari pertumbuhan perkotaan, seperti masalah kemacetan, pemukiman kumuh, degradasi lingkungan dan merupakan solusi dalam pengambilan keputusan dengan menyajikan data yang dibutuhkan untuk melakukan koreksi dan penilaian yang akurat terhadap perkotaan yang direncanakan.




DAFTAR PUSTAKA

Akanbi A. K & Kumar, Santosh and Uwaya Fidelis. Novus Jurnal Internasional, Engineering & Technology. Tahun 2013, Vol. 2, No. 4. www.novusscientia.org. Diupload pada 23 November 2013. Diunduh Pada 20 Maret 2014

Sunday, March 16, 2014

Bagian - Bagian Peta

Peta berfungsi untuk menunjukan posisi atau lokasi relatif suatu tempat . maka pembuatan kontruksi peta,semua titik – titik di muka bumi harus diposisikan sesuai dengan kerangka geometrik yang diukur dilapangan.untuk lebih jelas lihat gambar dibawah
kerangka geometrik
Kontruksi Peta
Aspek Geometrik pada pembuatan peta digunakan untuk penghitungan sistem proyeksi yang akan digunakan. aspek geometrik dibagi menjadi 2 bagian yaitu dari segi Teoritis dengan aspek praktisnya yang memiliki fungsi yang berbeda.
Segi Teoritis : transformasi matematis dari koordinat geografi pada permukaan bumi ke koordinat proyeksi bidang datar
Aspek praktisnya : pembuatan kontruksi/ jaringan kerangka geometrik peta

SISTEM KOORDINAT
Sistem koordinat0r merupakan dasar utama dalam pembuatan peta . sistem koordinat ini untuk menghubungkan antara satu titik dengan titik lainnya, yang ditentikan oleh perpotongan dua buah garis lengkung bumi, yaitu garis meridian ( latitude) dengan simbol φ yang biasa kita kenal dengan garis lintang adalah panjang busur yang diukur  pada suatu meridian dihitung dari equtor sampai ke pararel yang melalui titik tersebut. dan garis pararel (longitude) dengan simbol  Î» yang biasa disebut bujur adalah panjang busur yang diukur pada suatu garis pararel antara meridian titik pengamatan dengan meridian titik nol (meridian greenwich).untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar dibawah ini

                   sistem koordinat
Koordinat Proyeksi
Kordinat proyeksi dinyatakan dengan absis (x)  sumbu ini berada dalam bidang meridian Greenwich dan terletak dibidang ekuator bumi. dan ordinat (Y) merupakan garis proyeksi dari salah satu meridian .

Koordinat Proyeksi
Proyeksi peta merupakan bagian dari unsusr untuk menggambarkan permukaan bumi  pada bidang datar harus diambil cara – cara tertentu dan dilakukan transformasi dengan menggunakan rumus matematis yang biasa disebut Proyeksi Peta. Proyeksi peta digunakan untuk mengkonversi posisi 3 dimensi suatu titik di permukaan ke representasi posissi 2 dimensi di bedang peta.untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar dibawah ini :
 
Proses  Peta 
pemilhan suatu sistem proyeksi peta adalah berdasarkan pada posisi daerah, bentuk dan juga ukuran daerah yang akan dipetakan serta kegunaan pada peta yang bersangkutan . idealnya dengan pola distorsi dari jenis proyeksi yang dipilih
Masalah utama pada hitungan proyeksi peta yaitu bagaimana menyajikan data hasil pengukuran pada bidang lengkung menjadi data hitungan pada bidang datar.suatu bidang lengkung tidak dapat dibentakngkan pada bidang datar jika tidak mengalami perubahan bentuk (distorsi). Suatu peta dapat menggambarkan permukaan bumi yang ideal harus memenuhi kriteria dibawah ini :
*      Menggambarkan luas relatif yang benar
*      Menyajikan bentuk muka bumi yang benar
*      Mempunyai arah yang benar
*      Mempunyai jarak yang benar
Ditinjau dari proyeksi yang digunakan terdapat tiga sistem proyeksi peta yaitu :
                           
 3 Macam proyeksi peta 
*      Proyeksi azimuthal baik digunakan untuk suatu negara dengan area kecil, garis potong bidang proyeksi terletak pada pusat dari area yang dipetakan
*      Proyeksi silinder baik untuk suatu negara yan bentuknya seperti empat persegi panjang
*      Proyeksi kerucut cocok untuk negara berbentuk seprti segitiga

Ditinjau dari distorsiyang diakibatkan yaitu :
1.    Proyeksi Konform : sudut permukaan bumi = sudut pada bidang proyeksi. proyeksi ini baik untuk memperlihatkan arah
2.    Proyeksi Equivalent: luas di atas peta = luas diatas muka bumi pada skala yang sama
3.    Proyeksi Equidistant : jarak peta = jarak di muka bumi pada skala yang sama

Ditinjau dari Orientasi / kedudukan garis karakteristik yaitu :

3 jenis karakteristik garis

Sistem Grid Universal Transverse Mercator (UTM)
Sistem grid dan proyeksi yang digunakan adalah baik untuk pekerjaan pemetaan topografi, referensi untuk citra satelit dan aplikasi lainnya yang memerlukan ketelitian untuk penentuan posisi. Ciri – ciri sistem grid UTM adalah :
*      Sistem grid UTM bersifat universal, membagi menjadi 60 zona . masing – masing zona dibatasi oleh 2 buah meridian dengan lebar 6o bujur dan 8o lintang
*      Zona UTM diberi nomor yaitu zona 1 antara 180o BB sampai 174oBB. Kearah timur sampai zona 60 antara 174oBT sampai 180oBT
*  Batas lintangya 80oLS dan 84oLU. Kearah utara dengan kode huruf C beurutan sampai dengan huruf X untuk lintang utara 72o-84o.
 Desain Zona UTM
*      Setiap zona UTM bidang proyeksi silinder tidak menyinggung permukaan bumi, tetapi memotong bumi
*      Masing – masing zona mempunyai koordinat sendiri titik potong meridian sentral dengan garis ekuator (nilai titik sejati)
*       Sistem grid matrik nilai absis sebesar 500.000 meter Timur (mT), sdangkan ordinat sebesar 10.000.000 meter utara (mU), disebelah utara ekuator diberi ordinat 0 meter utara (mU)

 Sistem Grid Matrik
*      Setiap zona pada sistem grid UTM mempunyai pertampalan kesamping sekitar 40 km . sehinnga setiap titik yang berada di daerah tampelan mempunyai 2 harga koordinat

 Pertampalan
*      faktor skala pada meridian sentral ditentukan besarnya k = 0,9996

SISTEM PROYEKSI PETA TM DI INDONESIA
Ada 2 instansi yang menggunakan sistem proyeksi Transverse Mercator untuk pemetaan dasar nasionalnya dengan sistem grid UTM, yaitu :
Salah satunya BAKOSURTANAL peta dasar yang diterbitkan oleh bakosurtanal teridir dari 4 skala peta yaitu 1 : 25.000, 1 :50.000, 1:100.000 dan 1 :250.000.dengan UTM lebar zona 6o. Sumbu pertamaadalah meridian tengah dari tiap zona sumbu keduanya adalah ekuator. Absis semu sebesar 500.00 meter meridian tengah,ordinat semu sebesar 0.00 meter di ekuator dan 10.000.000 meter ekuator untuk  selatan. Angka perbesarannya pada meridian sebesar 0.9996 . model matematik pada bidang referensi adalah Spheroid Nasional dengan parameter jari – jari ekuator (a) = 6.387.160 meter. Dan pengepengan (f)=1 :298.247

PETA DASAR NASIONAL
Peta dasar nasional dibatasi dengan garis tepi peta dalam bentuk gratikul dan dicantumkan garis grid dalam bentuk ‘tick’ yang terletak di sebelah bawah dan kanan muka peta Pada muka peta dibuat garis – garis gratikul yang panjang ukurannya tergantung pada skala peta yang disajikan yaitu :
7’30” X 7’30”  : untuk skala peta 1:25.000
15’ X 15’        : untuk skala 1:50.000
30’ X 30’       : untuk skala 1:100.000
1o30’ X 1o      : untuk skala 1 :250.000
Posisi geografis indonesia dari 95 – 141 derajat BT, 6 derajat LU – 11 derajat LS, dan 8 zone UTM (zone 47-54)
Posisi Geografis Indonesia

Pembagian Lembar Peta TM6
Sebagai contoh , peta dengan skala 1:25.000 dengan ukuran lembar peta 10 30’ X 10 mempunyai nomor lembar 1408, maka :
*      nomor lembar peta dengan skala 1:100.000 dengan ukuran lembar peta 30’ X 30’ , pada derah yang dicakup peta skal 1:250.000 tersebut nomor lembar 1408-1 sampai 1408-6 kecuali 1408-4 tidak termasuk
*      nomor lembar peta dengan skala peta 1:50.000 dengan ukuran lembar peta 15’ X 15’ mka nomor petanya adalah 1408-11 sampai 1408-14
*      nomor lembar peta dengan skala peta 1:25.000 dengan ukuran lembar peta 7’30” X 7’30” , maka nomor petanya 1408-121 sampai 1408-124
untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar dibawah ini
Nomor Lembar Peta 1408
Kontruksi Peta disajikan dalam garis – garis kerangka dalam bentuk grid dan gratikul.
Grid : garis – garis pada muka peta yang tegak lurus dan perpotongannya merupakan koordinat sitem referensi. Digunakan untuk suatu pemetaan sistematis misalnya peta dasar nasional digunakan sistem grid yang sifatnyauniversal
Gratikul : garis – garis pada muka peta yang tergambar tidak saling tegak lurus atau melengkung. Penyajian garis gratikul ini digunakan pada peta yang bersakala kecil

SKALA PETA adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya di lapangan. Istilah dalam penyebutan suatu skala peta yaitu :
*      Peta Skala Besar , 1 :1.000 – 1:10.000
*      Peta Skala Sedang,1:25.000 -1:50.000
*      Peta Skala Kecil, 1: 100.00 sampai tak terhingga
Ada beberapa cara penyajian skala peta pada sebuah peta yakni :
*      Skala Bilangan
*      Skala Grafis
*      Suatu Pernyataan
Garis Tepi Peta adalah garis yang membatasi semua detail yang ada dipeta . penyajian garis grid atau gratikul sebagai garis tepi peta tergantung pada sistem koordinat geografis yang akan digunakan.

Jika peta skala besar maka garis tepi yang digunakan adalah garis grid. Sedangkan untuk peta skala sedang dan kecil maka mnggunakan jenis garis tepi gratikul.

Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca